Berdirinya
kelompok Pemberdayaan Pancaran Kasih Nusantara
diprakarsai oleh dua orang sosok yang memang begitu perduli terhadap lingkungan
sosial sekitarnya. Yang pertama adalah dr.
H. Asad, SP.THT-KL yang menjabat sebagai direktur utama Rumah Sakit Permata
Cirebon yang mempunyai konsen bagaimana bisa
memberdayakan sebanyak-banyaknya orang sehingga orang tersebut memiliki
kemandirian dan bisa membawa sesuatu mempunyai nilai tambah. Yang kedua adalah ibu Ane yang aktif di BMT (Baitul Maal
wa Tamwil) Islamic Center.
Dari niat kedua orang tersebut – dr. Asad dan ibu Ane – akhirnya dipertemukanlah dengan guru-guru SLB B (tuna rungu) Pancaran Kasih. Diataranya ada pak Budi, Ibu Noneng, dan ibu Umi. Pertemuan pertama kali dengan guru-guru SLB B Pancaran Kasih bersama dengan dr. Asad dan ibu Ane bertempat di lobi rumah sakit Permata Cirebon, hari Jum’at tanggal 22 Januari 2016 pukul 10 pagi. Di sana membahas tentang konsep-konsep awal bagaimana murid-murid SLB B Pancaran Kasih dan alumni-alumninya bisa terberdayakan.
Karena
dari informasi yang disebutkan oleh guru-guru tersebut, para alumni SLB B seperti
termarjinalkan, setelah mereka lulus kurang mempunyai keterampilan sehingga
kurang memberikan kemandirian terhadap hidupnya. Oleh karena itu, berangkat
dari masalah tersebut akhirnya dr. Asad yang kebetulan punya lembaga pelatihan –
yaitu LPK Nusantara – memfasilitasi dan
sangat terbuka lebar untuk memberikan pelatihan-pelatihan yang berguna dan
bermanfaat bagi murid-murid serta alumni SLB B Pancaran Kasih.Dari niat kedua orang tersebut – dr. Asad dan ibu Ane – akhirnya dipertemukanlah dengan guru-guru SLB B (tuna rungu) Pancaran Kasih. Diataranya ada pak Budi, Ibu Noneng, dan ibu Umi. Pertemuan pertama kali dengan guru-guru SLB B Pancaran Kasih bersama dengan dr. Asad dan ibu Ane bertempat di lobi rumah sakit Permata Cirebon, hari Jum’at tanggal 22 Januari 2016 pukul 10 pagi. Di sana membahas tentang konsep-konsep awal bagaimana murid-murid SLB B Pancaran Kasih dan alumni-alumninya bisa terberdayakan.
Dari
tanggal 22 Januari, dilanjut satu minggu kemudian kami mengadakan pertemuan dan
silaturahim awal dengan seluruh murid-murid serta alumni SLB B Pancaran Kasih
yang bertempat di Kampung Bima Center Cirebon di belakang stadion Bima. Di situ
diutarakan maksud kami dan niat awal kami bagaimana mereka bisa terberdayakan. Di
pertemuan tersebut juga dihadiri beberapa orang tua siswa dan alumni, tujuannya
untuk mensosialisasikan niat baik kami untuk mengadakan program-program
pelatihan.
Setelah
bertemu dengan murid, alumni dan juga para guru dan perwakilan dr. Asad yaitu
dari pihak LPK Nusantara yang diketuai oleh bapak Agus Reza, Dadi Priadi selaku
bendahara dan tim. Akhirnya, muncul sebuah kesimpulan atau keputusan bahwa
setiap hari Minggu pagi para murid-murid dan alumni SLB B Pancaran Kasih
dipersilahkan datang ke Kampung Bima Center untuk menerima pelatihan-pelatihan.
Pelatihan ini diawali dengan pelatihan penanaman tanaman kangkung. Kebetulan Kampung
Bima memiliki lahan cukup luas di belakang, untuk bercocok tanam.
Selain
pelatihan penanaman kangkung, juga ada pelatihan membuat bros, aksesoris dan
kerajinan tangan lainnya yang di mentori oleh ibu Noneng. Kerajinan tersebut
kurang lebih bisa langsung di jual ke pasaran. Setelah berjalannya pelatihan
selama beberapa minggu, pada minggu ke lima munculah nama resmi pelatihan ini.
Awalnya pelatihan tersebut belum bernama Kelompok Pemberdayaan Pancaran Kasih
Nusantara. Hanya sebatas kerja sama antara LPK Nusantara dan SLB B Pancaran
Kasih.
Kemudian
ibu Ane selaku pimpinan BMT Islamic Centre memiliki inisiatif membicarakan
lebih lanjut tentang kemana arah program-program yang dibuat oleh LPK Nusantara
dan SLB B Pancaran Kasih. Akhirnya, dirundingkan kembali dan rapat kembali yang
dihadiri oleh ibu Ane, pihak SLB B (pak Budi, ibu Noneng, dan ibu Umi) dan dari
pihak LPK Nusantara (Agus Reza dan Dadi Priadi). Membahas tentang konsep
kedepan dari kerjasama ini. Ibu Ane melihat perkembangan kegiatan ini cukup positif
namun beliau merasa ada komunikasi yang kurang dan melihat bahwa setiap
kegiatan membutuhkan biyaya/dana.
Dari
diskusi tersebut ada 3 poin yang telah muncul dan disetujui.
- Kelompok pemberdayaan di bawah naungan BMT Islamic Centre
- BMT Islamic Centre membiyayi seluruh kegiatan yang dilakukan. Karena memang sudah ada pos-pos dan untuk kegiatan-kegiatan tersebut.
- Nama pelatihan adalah Kelompok Pemberdayaan Pancaran Kasih Nusantara
Nama
tersebut memiliki makna:
“Kelompok Pemberdayaan Pancaran Kasih Nusantara yang beranggotakan anak-anak dan alumni SLB B Pancaran Kasih memiliki ibu asuh bernama BMT Islamic Centre dan memiliki seorang ayah asuh bernama LPK Nusantara”
Muncul
juga beberapa keputusan kepengurusan Kelompok Pemberdayaan Pancaran Kasih
Nusantara, yaitu:
Ketua :
Agus Reza
Wakil :
pak Budi
Bendahara :
ibu Noneng
Sekertaris :
Dadi Priadi
Ketua
bidang kegiatan :
Ibu Umi
Ketua
divisi sarana dan prasarana : Qoonitah
Fitri Al-Nisa
Ketua
divisi keanggotan :
ibu Noneng
Divisi
bagian informasi dan publikasi : Tofik Dwi Pandu
Ketua
bidang pertanian :
pak Osad
Setelah
itu tanggal 20 Februari 2016 ditambah satu lagi kegiatan baru untuk Kelompok
Pemberdayaan Pancaran Kasih Nusantara, yang datang dari pengurus BMT Islamic
Center. Pelatihanya pun dari pengurus BMT. Mereka biasa membuat penganan
seperti cheese stick. Siswa-siswa SLB B dan para alumni diberikan peltihan
bagaimana membuat cheese stick.
Dari
ketiga pelatihan yang sudah berjalan antusiasme para peserta pelatihan selalu
tinggi. Jumlah peserta kurang lebih ada 30 orang. Kami memiliki visi-misi
bagaimana menjaring sebanyak-banyaknya orang untuk bisa lebih mandiri dan lebih
bisa berkarya minimal untuk dirinya sendiri dan keluarga, lebih luas untuk
masyarakat sekitar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar